BANTU GIZI YATIM DAN DHU’AFA PENGHAPAL QUR’AN
BinaumatAlumm Identitas terverifikasi
Rp 125.000 terkumpul dari Rp 56.700.000
jumlah donatur 8 donatur
sisa waktu 0 hari lagi
Bantu share campaign ini :
Informasi Campaign


Rumah Yatim Dhu'afa Al-Umm diasuh oleh Abi Hasan Shobir yang besar dari seorang tokoh masyarakat di desa dekat Bukit Kapur Jaddih, Madura merantau di Kota Tangerang dengan manggantungkan usahanya berjualan kerupuk. Penghasilan setiap harinya tidak menentu, namun dengan penuh keyakinan beliau tetap istiqomah dan terus berusaha mewujudkan cita-citanya selama ini untuk mendirikan pondok pesantren gratis bagi anak-anak yatim dan tidak mampu sebagai jalan dakwahnya dan menjaga wasiat keluarga, yaitu “dimanapun berada harus menjadi seorang guru ngaji meskipun hanya sebagai guru iqra’, jangan sampai mati obor.”, begitulah pesan orangtunya. Selain itu pula sebagai kewajiban seorang muslim untuk menjaga wasiat baginda Rasulullah SAW yaitu menjaga kalam Allah SWT dan sunnah Rasul-Nya.

Di zaman modern dan digital ini banyak anak-anak yang disibukan dengan teknologi yang tidak mendidik, selain dapat membuat mereka malas belajar namun dapat juga mempengaruhi kejiwaannya. Jangankan pengetahuan umum, apalagi pengetahuan agama dapat terletak pada posisi yang paling belakang dalam skala prioritas kehidupan mereka. Ayah yang sibuk bekerja dan Ibu yang sibuk mengurus rumah semakin menjadi kendala. Terlebih lagi anak yang lahir di keluarga yang tidak mampu ataupun anak yatim.

Rumah Yatim & Dhu’afa adalah cita-cita luhur yang berusaha hadir sebagai solusi penyediaan wadah bagi anak yatim dan dhu’afa yang ingin menuntut ilmu khususnya dalam bidang Agama Islam. Mereka dididik agar menjadi para pejuang yang selain daripada menghapal Al-Qur’an namun juga dapat memahami dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an itu sendiri. Sebagai mercusuar, menyebarkan dan menerangi negeri dan dunia ini dengan cahaya Allah SWT. Menjadi jawaban diantara banyaknya tantangan, menjadi petunjuk diantara kesesatan dan menjadi penerang diantara kegelapan zaman.

Pentingnya gizi untuk kecerdasan anak merupakan solusi untuk menciptakan anak yang cerdas dan sehat. Buah-buahan, sayur-sayuran, ikan, telur, dan berbagai macam makanan yang mengandung nutrisi sangat mudah ditemukan namun tidak mudah untuk dibeli. Terlebih lagi anak yang lahir dari keluarga yatim dan dhu’afa. Berbagai akibat dan konsekuensi masalah yang terjadi karena kurangnya gizi ialah menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, mudah lupa dan cepat lelah. Akibatnya dapat menurunkan prestasi, olahraga dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Kendala ini telah menjadi kendala yang umum terjadi di lingkungan keluarga miskin terlebih lagi di kota besar.

Rumah Yatim dan Dhua’afa Al-Umm senantiasa berusaha menjaga pelayanan gizi bagi para santri-santrinya yang berjumlah 28 santri. Terlebih lagi mereka dituntut berjuang sebagai penghapal Qur’an yang mana sangat membutuhkan dukungan gizi yang optimal sebagai sarana penunjang kecerdasan intelektual, emosional dan intelektual mereka.

Mari kita bersama bergotong-royong mendukung gizi mereka dengan mempersembahkan sedekah yang terbaik sebagai booster perjuangan mereka sebagai pejuang penghapal Qur’an.

“Dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 177)

“Bahwa saya dan orang-orang yang memelihara anak yatim dengan baik akan berada di surga, bagaikan dekatnya jari telunjuk dangan jari tengah, lalu nabi mengangkat tangannya dan memperlihatkan jari telunjuk dan jari tengahnya, lalu ia renggangkan.” (HR. Bukhari)

 “Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya Allah memudahkan baginya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)

“Orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.Dan perbuatan yang paling dicintai Allah adalah memberi kegembiraan seorang mukmin, menghilangkan salah satu kesusahannya, membayarkan hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Dan aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi kebutuhannya itu lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid Nabawi selama sebulan.” (HR. Thabrani)


Belum Ada Update